Subscribe

Powered By

Free XML Skins for Blogger

Powered by Blogger

21 August 2008

Malas Baca tapi Mau Nulis

Orang bilang, untuk menjadi penulis yang handal itu harus banyak membaca. Mungkin itu sebabnya saya pribadi dalam hal menulis masih sering tertatih-tatih dan harus menunggu cukup lama untuk bisa menghasilkan sebuah tulisan. Saya sebenarnya masih tidak setuju dengan pendapat yang mengatakan untuk bisa menulis harus banyak membaca. Selama ini, ternyata saya menyadari bahwa faktor utama yang menyebabkan saya susah untuk menulis adalah kurungan terhadap pemikiran saya dari pendapat tersebut. Saya selalu berpikir, bagaimana saya mampu untuk menulis? toh, saya termasuk orang yang sangat malas membaca, terutama dua tahun terakhir ini.
Ternyata, setelah saya melakukan analisis secara mendalam(Hehe...sok nya),kemampuan orang untuk menulis tidaklah berasal dari seberapa banyak literatur, buku, kitab, jurnal, koran majalah, flyer, (sudah2mi) atau apapun itu yang dapat menjadi bahan bacaan, tetapi berasal dari pengamatan kita terhadap sesuatu. Penulis yang banyak membaca, bisa saja menuliskan apa yang telah dia baca sebelumnya, sehingga gaya menulis maupun isi tulisan tidak sepenuhnya berasal dari diri penulis, tetapi merupakan milik orang lain yang sedikit banyak disamarkan melalui packaging yang berbeda.
Beda hal-nya orang yang menulis murni melalui hasil pengamatannya, mereka bisa lebih bebas ber-ekspresi, menggunakan kata semaunya, dan akhirnya memiliki tata bahasa ataupun gaya penulisan tersendiri yang nantinya membedakan dia dengan yang lain. Menulis dengan menuangkan hasil pengamatan ke dalam rangkaian kata akan lebih mudah serta cepat dilakukan dibandingkan menulis dengan pertimbangan beberapa bacaan sebelumnya dipadukan dengan pengamatan, pasti pemilihan kata akan sangat terpengaruh dengan banyaknya bacaan yang telah dibaca. Semakin banyak kita terpengaruh dengan bacaan, semakin lama kita akan duduk, menyelesaikan tulisan kita dan ternyata ditemukan penghambat terbesar kita dalam menulis adalah diksi (pemilihan kata). Diksi memang penting, tetapi hal terpenting adalah apa yang ingin kita sampaikan. Jangan sampai karena diksi kita rela mengorbankan sedikit isi tulisan.
Intinya, sudut pandang serta gaya penulisan yang berasal dari pengamatan yang cukup banyak ketimbang proses membaca yang cukup banyak jauh lebih baik dan lebih pantas dikatakan seorang penulis.
SETUJU???

Jangan Sampai Tak Menulis Karena Kurang Membaca
Jangan Ragu Untuk Menulis...

NB: Hati-hati!!!
Tulisan ini pun dibuat karena penulis malas membaca...
Penulis hanya mencari alasan pembenaran tiap-tiap tulisannya...

dedicated to:
Buat semua yang malas membaca...Tapi suka menulis...

2 comments:

_NimbUs_ said...

haha!!
setuju!setuju!
menulis dari melihat, menulis dari mengamati, dan menulis dari mendengar...
menulis dari membaca....,,ummmm....
kalau ada waktu deh.....
hahahaha....

Amey said...

assalamualaikum!
klo aku...
g stuju ah...

soalnya pak hernowo slalu bilang...
u/ mnulis itu harus banyak baca...

yah, karna layaknya seorang anak kecil, smuanya dplajari dari mencontek dulu.
nah, mbaca itu adalah proses nyontek itu.

klo g banyak baca, kita g akan bisa membandingkan diri kita dgn kemampuan penulis lain.

tp...alasannya boleh jg sih k...

boleh lah..boleh2...!^_^

btw, kunjungi situs ini deh:

http://www.hmi-surakarta.co.cc